Ini seperti jalanan yang tak berujung. Senja
telah datang dan mentari pun enggan berpancar. Bulan nan terang jadi
saksi kunci. Aku bernyanyi untuk hidupku yang tak pernah jelas.
Terkadang aku seakan lupa seperti apa langit pagi. Saat bintang
bersembunyi dan malam bergulir, aku malah pulas di bawah bayang-bayang
jembatan beton. Lagi-lagi, aku tak tahu hidupku ini mau kubawa kemana.
“Senar yang aku petik, tak berbuah.
Lagu yang aku teriakkan, tak didengar.
Kantong bekas permen yang aku sodorkan, tak terisi.
Malam ini, aku tak beruntung.”
Ribuan kata coba melemahkanku setiap saat.
Dinginnya angin malam menyerangku. Haruskah aku gentar dengar gelegar
yang menyambar? Tanyakan semuanya pada bintang yang berkedip mengintip.
Perjalananku ini penuh kerikil, tak peduli badanku menggigil. Perutku
kadang dipenuhi jangkrik yang bernyanyi melilit. Tapi aku hanya berusaha,
Tuhanlah yang tentukan. Dan aku selalu berdoa, biar Tuhan yang wujudkan.
Aku percaya, Tuhan tidak pernah tidur, walaupun sepermili detik.
“Aku tak ingin menyerah, hidup bukan untuk pasrah.
Apa yang aku ingin kejar? Mimpiku sudah berpendar.
Aku hanya ingin menjadi sederhana, bahagia.
Asal jangan mengiba penuh pura.”
@Addie_Setiadi
Nyanyian Sumbang, April 2013